Senin, 20 Desember 2010

Teknologi Pembersih Laut Asli Indonesia

Bakteri dalam teknologi bioremedial sedang dipamerkan di acara temu nelayan Muara Baru (18/8/2010). Teknologi ini menyerap limbah minyak di laut sehingga laut menjadi bersih kembali. 
 Rabu, 18 Agustus 2010
JAKARTA, KOMPAS.com - Tim peneliti Indonesia berhasil mengembangkan teknologi bioremedial yang bisa berguna untuk mengatasi pencemaran di laut. Teknologi tersebut berupa kultur bakteri yang akan menyerap bahan pencemar.

Teknologi terbaru ini diperkenalkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad pada acara temu nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (18/6/2010).

"Saya kaget Indonesia bisa buat ini. Teknologi ini adalah hasil karya anak bangsa dan pertama di dunia. Kalau berhasil, saya akan sebar bakteri ini pertama kali di daerah Timor karena di sana sedang tercemar lautnya," ujar Fadel.

Selain diterapkan di laut, teknologi bioremedial juga dapat diterapkan di daerah genangan lumpur Lapindo. Bakteri-bakteri yang dibudidayakan bisa memisahkan lumpur dan air sehingga dapat menjernihkan dan menteralkan genengan lumpur tersebut.

"Mikroorganisme ini saat makan minyak menghasilkan semacam liur, nah liur ini yang bisa digunakan untuk menyerap lumpur seperti lumpur di Lapindo," ujar Edison Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik lingkungan. Setelah lumpur terserap, daerah bekas genangan lumpur dapat ditebar benih ikan.

Teknologi ini sudah dikembangkan sejak tahun 1998 oleh tim dari ITB yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bioremedial terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme yang berbentuk seperti serbuk gergaji yang disebar untuk menyerap limbah minyak yang ada di permukaan laut. Dengan sendirinya laut yang tercemar akan bersih. Setelah menyerap ampas minyak, mikroorganisme ini bisa digunakan sebagai makanan ikan laut dan udang. Proses dari ditaburkan hingga menyerap minyak dengan sempurna memakan waktu kurang lebih 1 minggu.

http://sains.kompas.com/

Selasa, 14 Desember 2010

Getah Pisang Sembuhkan Luka

 Jumat, 13 Agustus 2010
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sekelompok mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuktikan bahwa getah pisang bisa mempercepat proses penyembuhan luka.

Dengan konsentrasi getah batang pisang 80 persen, luka lebih cepat tertutup 30-60 persen. Penelitian ini memenangi medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa 2010 Kementerian Pendidikan Nasional pada Juli lalu, kategori Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian.

Salah satu mahasiswa peneliti, Rahma Ningsih (21), mengatakan, penelitian ini awalnya terinspirasi kebiasaan masyarakat di pedesaan Kandangan, Sayegan, Kabupaten Sleman yang merawat luka dengan mengoleskan getah batang pisang. ”Dari sini kami tertarik meneliti, apa benar getah pisang mempercepat kesembuhan luka. Kalau benar, bagaimana efeknya,” katanya di Yogyakarta, Kamis (12/8/2010).

Menyesuaikan dengan jurusan, penelitian difokuskan pada penyembuhan luka setelah pencabutan gigi. Penyembuhan luka pascapencabutan gigi perlu dipercepat karena berpotensi infeksi jika terlalu lama.

Dalam penelitian ini, getah pisang raja (Musa sapientum) diolah menjadi salep dengan konsentrasi 80 persen dan diujicobakan pada marmut. Dengan salep, luka pencabutan gigi terbukti lebih cepat sembuh, dari 15 hari menjadi 5 sampai 10 hari. Khasiat diperkirakan akan sama pada luka di bagian tubuh lainnya karena proses penyembuhan luka pada dasarnya sama.

Semua pisang

Anggota lain, Yosaphat Bayu Rosanto (21), mengatakan, pisang yang digunakan bisa dari jenis apa pun karena kandungannya relatif sama. Getah pisang diketahui mengandung tiga unsur yang berguna mempercepat penyembuhan luka, yaitu saponin, flavonoid, dan asam askorbat.

Saponin berfungsi meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru pada luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi lebih banyak. Asam askorbat memperkuat dan mempercepat pertumbuhan jaringan ikat (kolagen) baru. Adapun flavonoid memperpendek waktu peradangan (inflamasi) yang dapat menghambat penyembuhan.

Menurut Yosaphat, selain membuktikan khasiat getah pisang dari sisi sains, penelitian ini juga menemukan dosis dan efeknya. Diharapkan, penelitian ini dapat dikembangkan menjadi produksi obat jumlah besar.

Apabila digunakan dalam bentuk segar, ujar Yosaphat, penyembuhan lebih lama karena konsentrasi air amat tinggi. ”Lebih manjur bila sudah diolah,” ujarnya. Sebelumnya, Fakultas Kedokteran Gigi UGM telah meneliti khasiat daun adas dan pegagan untuk mempercepat penyembuhan luka gusi. Dia menyebutkan, ada banyak bahan alam bisa dimanfaatkan sebagai obat. Namun, pemanfaatannya masih amat sederhana. (IRE)

http://sains.kompas.com/

"Telur Ceplok" yang Bisa Berenang

 Jumat, 26 November 201
KOMPAS.com - Jangan sampai mengira bahwa gambar di atas adalah telur ceplok yang bisa dijadikan santapan bersama nasi goreng. Gambar di atas adalah spesies ubur-ubur yang baru saja dilahirkan di penangkaran.

Fotografer Torben Webber buru-buru mengambil kamera dan berhasil memotretnya ketika mengetahui makhluk unik ini dilahirkan. Secara alami, ubur-ubur tersebut hidup di wilayah perairan Mediterania. Mereka membutuhkan sinar matahari dalam jumlah besar untuk bertahan hidup.

Hewan ini ditangkarkan Kebun Binatang Basel di Swiss, padahal sebenarnya spesies ini sangat sulit untuk berkembangbiak. Salah seorang staf mengatakan, "Berkembangbiak benar-benar merupakan tantangan bagi spesies ini. Mereka hanya ditemukan di wilayah lepas pantai yang jauh dan transportasi menuju kesana tergolong sulit."

"Jadilah kami harus membuat lingkungan buatan yang meniru lingkungan alami. Kami menyediakan lampu untuk menerangi aquarium serta memastikan ketersediaan makanan yang melimpah," ujar staf tersebut seperti dilansir Daily Mail, Rabu (24/11/2010).

Bentuk ubur-ubur yang mirip telur ceplok atau mata sapi ini disebut medusa. Dalam fase itu, ubur-ubur bisa memproduksi telur yang difertilisasi di air dan berkembang menjadi larva yang diam, disebut polip.

Saat dewasa, ukuran ubur-ubur itu bisa mencapai 35 cm. Berbeda dengan ubur-ubur lain, ubur-ubur jenis ini bergerak dengan bagian putih tubuhnya dengan gerakan menggelombang.

Torben mengabadikan gambar ubur-ubur ini pada tanggal 4 November 2010 lalu dengan kamera Nikon d3s. Ia berkomentar, "Mereka adalah makhluk yang cantik dan memiliki bentuk yang tak biasa."

http://sains.kompas.com

Spesies Baru Lemur Bergigi seperti Sisir

KOMPAS.com — Russ Mittermeier, ilmuwan dari Conservation International yakin bahwa lemur yang ditemukannya di Madagaskar adalah spesies baru. Spesies lemur tersebut sangat unik sebab memiliki struktur seperti sisir di bagian bawah lidahnya, diduga digunakan untuk mengambil nektar.

Lemur yang ditemukan merupakan golongan lemur garpu, termasuk dalam genus yang disebut Phaner. Lemur ini memiliki tooth comb, struktur gigi seri unik seperti sisir yang digunakan untuk mengikis permukaan pohon dan akhirnya mengambil getah dan nektar pohon tersebut.

Mittermeier menjumpai spesies tersebut pertama kali pada tahun 1995 di Daraina, sebuah wilayah hutan lindung di timur laut Madagaskar. Saat itu, sebenarnya ia tengah mencari spesies lemur Propithecus tattersali, spesies yang berukuran lebih besar dan baru dijumpai pada tahun 1988.

"Saat itu saya sangat terkejut mengetahui lemur garpu tersebut sebab hewan itu belum pernah dijumpai sebelumnya di wilayah itu. Saya langsung megetahui bahwa itu adalah spesies baru, tetapi saya tak sempat mengikutinya," kata Mittermeier.

Tertarik untuk membuktikan, bulan Oktober tahun ini Mittermeier berangkat ke wilayah Daraina bersama ahli genetik dari Kebun Binatang Omaha, Ed Louis, dan kru film dari BBC Natural History Unit. Mereka melakukan pengambilan sampel sebagai modal analisis genetik.

Tim Mittermeier memulai perburuannya petang hari, saat lemur dengan garis bercabang ini secara aktif mengeluarkan suaranya. Setelah mendengar lemur bersuara, tim ilmuwan tersebut pun lantas bergerak ke arah sumber suara hingga akhirnya mengetahui lemur tengah berada di atas pohon.

Selanjutnya, tim itu menembakkan pembius ke arah lemur. Mereka kemudian memanjat pohon, mengamati lemur, dan mengambil sampel darah untuk digunakan dalam analisis genetik. Selesai melakukannya, para ilmuwan kembali membebaskan si lemur.

Saat ini analisis genetik tengah dilakukan untuk mengetahui kepastian kebaruan spesies lemur ini. "Para ahli genetik yang akan menceritakannya," ungkap Mittermeier. Jika benar termasuk spesies baru, lemur tersebut akan dinamai Fanamby, sebuah organisasi konservasi di Daraina.

Beberapa sifat yang membuat ilmuwan yakin bahwa lemur ini adalah spesies baru adalah corak warna lemur yang unik, perilaku menganggukkan kepala yang beda dengan lemur lain, dan struktur berbulu di bawah lidah yang belum pernah dijumpai dalam golongan lemur.

"Penemuan ini akan menjadi salah satu penemuan besar dari Madagaskar, salah satu tempat paling indah di planet kita dan tempat dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia," kata Mittermeier. Salah satu yang membuat penemuan menarik adalah karena Madagaskar telah kehilangan 90 persen vegetasinya.


http://sains.kompas.com/

Senin, 13 Desember 2010

IPB Temukan Formula Susu Anti-Flu Burung

Senin, 13 Desember 2010

BOGOR, KOMPAS.com — Dosen Institut Pertanian Bogor Rahmat Hidayat berhasil menemukan formulasi anti-flu burung dan anti-diare untuk dicampurkan dan meningkatkan kualitas susu bubuk. Temuan ini adalah salah satu dari 201 riset para dosen IPB yang telah selesai pada tahun 2010.

"Penelitian saya selama satu tahun berhasil menemukan Imunoglobulin Yolk atau Ig-Y antiflu burung dan antidiare yang berasal dari kuning telur," kata Rahmat Hidayat, setelah memaparkan hasil penelitiannya dalam seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB Tahun 2010, Senin (13/12/2010) siang. Seminar berlangsung di IPB International Convention Center di Kota Bogor sampai Selasa besok.

Ia menjelaskan, Ig-Y tersebut dihasilkan dalam bentuk spray dry kuning telur, freeze dry kuning telur, dan ekstrak murni. Dalam bentuk tersebut, Ig-Y dimasukkan atau dicampurkan ke susu murni untuk menjadi susu bubuk formula anti-flu burung dan anti-diare.

"Saya sengaja pilih susu dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kualitas susu formula bagi anak-anak usia sekolah. Ig-Y ini tidak mengubah rasa, warna, dan bau susu. Namun, dengan Ig-Y ini, kualitas susu ditingkatkan. Kalau sekarang, misalnya, ada susu bubuk formula DH+, maka nantinya akan ada susu bubuk anti-flu burung dan anti-diare," tuturnya.

Untuk anti-diarenya, ia hanya membatasi pada anti-diare yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan Salmonella enteritidis. Banyak sekali bakteri penyebab diare itu. "Saya fokuskan pada dua jenis bakteri ini sebab bakteri ini yang kerap menyerang anak-anak," katanya.

Ig-Y temuan Rahmat baru teruji dalam penelitian laboratorium dengan ayam sebagai media uji coba. Temuan ini belum diujikan pada manusia sebab untuk tahun pertama penelitian itu, ia memang memfokuskan penemuan Ig-Y dan formula pencampurannya pada susu.

"Proposal untuk penelitian tahun kedua atau lanjutannya sudah saya buat dan ajukan ke sebuah lembaga, tetapi belum mendapat jawaban pasti. Saya memang sedang mencari kemungkinan swasta dapat membantu atau bekerja sama melanjutkan penelitian ini," katanya.

Adapun pembiayaan penelitan tahun pertama yang menghasilkan formula Ig-Y anti-flu burung dan anti-diare tersebut berasal dari Direktorat Penelitian & Pengabdian Pada Masyarakat Direktorat Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Dana yang dia terima sebesar Rp 87,5 juta dipotong PPn sebesar 15 persen.

http://health.kompas.com

Scientists Find Protein That May Help Control Prostate Cancer

FRIDAY, Dec. 3 (HealthDay News) -- A protein that regulates prostate stem cell self-renewal and also plays a role in the transformation of healthy cells into prostate cancer cells has been identified by U.S. scientists.

The findings, which involve the Bmi-1 protein, could prove important in efforts to find ways to control cancer growth and progression, according to the research team, from the University of California, Los Angeles.

Previous research had found that Bmi-1 is associated with higher-grade cancers and is predictive of poor patient outcomes. But until now, its role in prostate stem cell maintenance and prostate cancer have not been clear.

The UCLA study was conducted using cells and laboratory animals.

"We conclude ... that Bmi-1 is a crucial regulator of self-renewal in adult prostate cells and plays important roles in prostate cancer initiation and progression," study senior author Dr. Owen Witte, director of the Broad Stem Cell Research Center at UCLA, said in a university news release.

"It was encouraging to see that inhibiting this protein slows the growth of even a very aggressive prostate cancer because that could give us new ways to attack this disease," he added.

The study was published online Dec. 2 in Cell Stem Cell.

http://news.yahoo.com/

Minggu, 12 Desember 2010

Impor Beras Makin Miskinkan Petani

JAKARTA, KOMPAS.com - Impor beras yang dilakukan oleh Bulog disertai dukungan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan membuat para petani menjadi miskin. Hal itu diungkapkan oleh Benny Pasaribu, Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jumat (10/12). Dia mengatakan, pemerintah melakukan langkah keliru dalam mengimpor beras karena sekitar 40 persen penduduk indonesia bermata pencaharian di sektor pertanian.

"Seharusnya, latar belakang ini bisa dijadikan alasan kuat bagi pemerintah untuk meniadakan impor beras,"ujarnya. Dia juga menilai, upaya pemerintah untuk melindungi petani sangat minim.

Dia menyontohkan, di Jepang, 1 kilogram (kg) beras bisa mencapai Rp 40.000. Sementara di Indonesia, pemerintah selalu mengimpor beras hanya untuk menstabilkan harga beras di dalam negeri. "Penetapan harga beras tidak melihat kehidupan para petaninya," jelasnya.

Selain itu, kehidupan petani di Indonesia juga kian miris karena mereka tidak memiliki lahan sendiri. Petani jenis ini menggarap lahan pertanian seluas 1,5 juta hektare Sebagai imbalannya, mereka hanya dibayar sekitar Rp 20.00 sampai Rp 30.000 per hari.

Lebih tragis lagi, saat ini, Bulog tidak lagi bisa menguasai sentra beras yang ada di indonesia. "Posisi Bulog sudah kalah dengan mafia beras yang berkeliaran," jelasnya.

Padahal, kalau Bulog dapat menguasia sentra beras, maka dapat dengan mudah mengontrol harga beras di Indonesia. "Inilah yang harus menjadi fokus pemerintah untuk memikirkan bagaimana caranya mensejahterakan petani dan memberantas mafia beras. Tunjukkan bahwa kita negara Argaria". ujarnya. ( Mohamad Jumasr/Kontan)

http:///bisniskeuangan.kompas.com

Kamis, 09 Desember 2010

Germany's top court upholds restrictive GM crop law

BERLIN (AFP) – Germany's top court on Wednesday upheld a two-year-old law placing sharp restrictions on the use of genetically modified crops, saying it protected the public from the risks of the technology.

The Federal Constitutional Court said that 2008 legislation requiring buffer zones between GM and conventional crops were justified due to the risk of "contamination" between the plants and open questions about the technology.

"The legislative branch is pursuing legitimate public welfare objectives and must be given generous room to implement state regulation in order to realise these objectives against the backdrop of the broad social and scientific debate about the use of genetic engineering," the court said.

The law mandates a 150-metre-wide (490-feet-wide) "protective zone" between GM crops and standard farmland and a 300-metre-wide gap next to organic crops.

GM fields must also be registered so any co-mingling can be traced back to the source and the responsible farmers can be held liable.

The law had been challenged by the rural eastern state of Saxony-Anhalt even before it was passed.

Environmental watchdog Greenpeace welcomed the ruling saying that a "risky technology such as genetic engineering cannot be forced on anyone".

"The decision confirms that there are dangers and risks associated with the seeding of GM plants," Stephanie Toewe of the group said in a statement.

A state secretary at the agriculture ministry, Robert Kloos, said the court's ruling "protects the population and the environment and allows for responsible use of GMOs," genetically modified organisms.

But the German Farmers' Association said upholding the principle of liability for any co-mingling presented "incalculable and uninsurable risks" for the sector and as a result, advised against planting GM crops.

The European Union has struggled to establish a unified line on GM, with two crops currently authorised -- a maize strain for animal feed and a potato for paper-making -- but decisions on another 15 are deadlocked.

Countries and regions have subsequently banned cultivation unilaterally, or declared themselves GM-free, with products containing traces blocked at ports.

The European Commission, the EU's executive arm, says such policies risk breaching World Trade Organization guidelines.

http://news.yahoo.com/

Huge Microbe Community May Live Deep Under Ocean Floor

A hidden ecosystem teeming with microbial life deep inside the Earth could be far more vast than suspected, operating entirely without input from the sun, according to new research.

Scientists have found the organic signatures of this strange microbial world in the warm fluid that slowly circulates through basalt, porous rock buried deep under the ocean floor.

"These microbes live without sunlight or photosynthesis - they get their energy from the rocks, and they get their carbon from the fluid around them," said Matthew McCarthy, associate professor of ocean sciences at the University of California, Santa Cruz.

Instead of looking for the microbes themselves, McCarthy said, he and his team retrieved and studied molecules dissolved in the warm stew of liquid percolating through the basalt, because that hydrothermal fluid and the molecules it contains are chock full of clues about a larger microbe civilization.

"When you look at the microbes, they tend to tell you about what's going on right at the spot where you're sampling," McCarthy told OurAmazingPlanet. "The dissolved molecules tend to be the leftovers of entire ecosystems. What's in there is basically a fingerprint for these huge systems under the crust."

And it is precisely the possible scale of these microbial ecosystems that's the real surprise, McCarthy said.

It's well established that life can go on independent of help from the surface world.

Sparse microbial communities appear to dwell in rocks far deeper than basalt. Other extremophiles are known to thrive in the boiling, acidic conditions in hydrothermal ocean vents.

However, those vents are few and far between. Basalt, on the other hand, is abundant beneath the Earth's surface.

"Our work doesn't say for sure that this is worldwide, but it's the strongest piece of evidence yet to suggest that, yes, there is a huge biosphere down there," McCarthy said.

Not only does this hidden ecosystem appear to operate entirely on its own, it appears to be sending organic molecules up into the ocean.

This could have large implications, if the deep microbial biosphere is as vast as this research suggests. It could change oceanographers' entire understanding of ocean biochemistry and the mechanisms that govern the processing of the planet's carbon.

"Our understanding of the ocean carbon cycle is predicated on the idea that everything we measure came from stuff on the surface and photosynthesis," McCarthy said, "and if that's not true, that changes a lot. This work doesn't show that's true, but it changes it a lot."


http://news.yahoo.com/

New strain of bacteria slowly destroying Titanic

Twenty-seven strains of bacteria have formed a destructive blob of icicle-like "rusticles" that are slowly eating the historic wreckage of the RMS Titanic steamship.

Canadian researchers told OurAmazingPlanet that the rusticles may completely destroy the remains of the ship within 15 years. Using DNA technology, the scientists discovered a new strain of bacteria among the rusticles. They named the life-forms Halomonas titanicae.

[Fascinating facts: The novel that predicted Titanic's sinking, the cost of a ticket and more]

The ship sank in 1912. French and American expeditions found the wreckage in 1985, about 300 miles off Newfoundland, Canada. The rusticles will eventually disintegrate, and the Titanic will only be a "rust stain," researcher Henrietta Mann told OurAmazingPlanet.


[Related: Scientist outcry over NASA 'alien' discovery]

The impressively destructive new strain of bacteria has inspired us to round up some of the other news-making microorganisms of the year:


1. Oceanospirillales. Who among us could forget the kindly bacteria that began to eat away at the enormous BP oil spill in the Gulf of Mexico (according to a study published in Science)? Researchers claimed that the busy-bee microbes (dominated by the order of bacteria called Oceanospirillales) halved the amount of oil in one oil plume every three days. Still, another study that focused on a different oil plume impugned the bacteria, finding the oil was dispersing very slowly.

2. Halomonadaceae. NASA scientists found a new strain of these bacteria in the murky depths of Mono Lake, California. They claimed they trained the microbes to survive on arsenic alone, proving that life-forms do not need one of six elements thought to be essentially to life. Sadly, the peer reviews have knocked down the image of the heroic arsenic-eating microbes, with one scientist saying the science was so bad it "outraged" her.

[Related: Huge microbe community under ocean floor]

3. Escherichia coli. E.coli is better than you at sudoku. A group of University of Tokyo students programmed 16 strains of the food-borne bacteria to solve sudoku puzzles. The bacteria send information about their location on the grid and color to fellow bacteria. It's all very complicated, but this video supposedly explains it.

4. E. coli -- again! Researchers have programmed E. coli to act as "mini-computers" by inserting "logic gates" into them similar to those that computers have. "Here, we've taken a colony of bacteria that are receiving two chemical signals from their neighbors, and have created the same logic gates that form the basis of silicon computing," researcher Christopher A. Voigt said, according to an article on the SiFy News site.

http://news.yahoo.com/

Pemanasan Global Pelepasan Karbon dari Lautan Bertambah Kamis, 9 Desembe 9 Desember 2010 |

 Kamis, 9 Desember 2010 |
JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca di atmosfer harus segera dilakukan jika ingin menghindari percepatan pemanasan global dan perubahan iklim yang tidak terkendali. Potensi tersebut meningkat karena pelepasan gas rumah kaca dari laut terus bertambah.

Staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB, Alan F Koropitan, menjelaskan, air lautan di seluruh dunia berotasi terus-menerus dari perairan utara Bumi—antara lain Laut Atlantik—ke perairan selatan Bumi, seperti Laut Antartika.

”Dan, air laut di seluruh dunia menyerap karbon, baik karbon di dalam partikel yang masuk ke lautan maupun karbon yang ada di atmosfer. Karbon dalam partikel akan terdekomposisi menjadi karbon yang terlarut dalam air laut. Seluruh karbon terserap akan tersimpan dalam massa air laut lapisan dalam. Jika kondisinya normal, lebih banyak karbon yang diserap laut daripada yang dilepaskan,” kata Koropitan di Belawan, Selasa (7/12).

Komposisi karbon dalam atmosfer mencapai 45 persen dari total karbon di Bumi, tumbuhan di daratan 29 persen, dan laut 26 persen. ”Penelitian Global Carbon Project menunjukkan, indeks CO tersimpan di air laut turun dari 0,3 pada 1960 menjadi 0,25 (2008). Sebaliknya, indeks kandungan CO dalam atmosfer naik dari 0,41 pada 1960 menjadi 0,43 pada 2008,” kata Koropitan.

Hal itu disebabkan meningkatnya kecepatan air di Laut Antartika akibat pemanasan global yang menyebabkan pengangkatan massa air laut dalam ke permukaan laut meningkat sehingga pelepasan karbon semakin tinggi. Semakin banyak kandungan karbon di udara, semakin memanaskan atmosfer sehingga proses serupa semakin cepat.

”Solusinya hanya satu, yaitu mengurangi emisi karbon negara-negara maju. Mitigasi dengan mencegah pembukaan hutan baru, seperti REDD+, tidak akan menurunkan laju pelepasan karbon dari laut,” katanya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa menyatakan, penurunan kemampuan laut menyerap karbon menjelaskan fakta mengapa laju pertambahan emisi gas rumah kaca meningkat dari 1,5 part per million (ppm) hingga 2 ppm per tahun pada 1990 menjadi 3,5 ppm per tahun pada saat ini. ”Karena laju pertambahan emisi gas rumah kaca semakin cepat, pada 2011 harus ada kesepakatan global menurunkan emisi. Entah dengan menyepakati tahap kedua Protokol Kyoto atau perjanjian baru penurunan emisi,” kata Fabby.


http://sains.kompas.com/

Atasi Racun dengan Buah Berwarna Ungu

 Kamis, 9 Desember 2010

MANCHESTER, KOMPAS.com — Buat Anda yang hobi menyantap buah-buahan, cobalah untuk mulai beralih ke buah-buahan berwarna ungu.

Riset mengindikasikan, konsumsi buah-buahan berwarna ungu, seperti blueberry, blackberry blackcurrant, atau plum, akan memberi manfaat karena mengandung zat penting yang dapat menetralkan racun dalam tubuh. Bahkan, zat ini diyakini mampu mencegah beragam penyakit, seperti alzheimer, multiple sclerosis, dan parkinson.

Penelitian yang digagas Douglas Kell dari University of Manchester menunjukkan bahwa penyakit degeneratif salah satu pemicunya adalah paparan logam besi yang tidak terikat sempurna sehingga meracuni tubuh dan merusak sel-sel.

Meskipun kita sering mendengar bahwa zat besi bermanfaat bagi kesehatan, zat ini dapat menjadi racun apabila diserap oleh tubuh dalam bentuk yang keliru. Zat besi bermanfaat bagi kesehatan jika logam ini bereaksi dengan zat lainnya dalam tubuh. Tetapi, apabila tidak bereaksi dengan zat lain, zat besi dapat meracuni jaringan tubuh.

Logam yang beracun ini disebut juga dengan istilah radikal hidroksil, yang memicu timbulnya penyakit degeneratif di beberapa bagian berbeda pada tubuh.

Dalam upaya memberi perlindungan terhadap logam beracun itu, penting artinya bagi tubuh untuk memperoleh nutrien, yang disebut juga dengan iron chelator. Zat inilah yang dapat menempel erat pada besi dan bertugas menetralkannya.

Menurut kajian, buah-buahan dan sayuran berwarna cerah merupakan sumber chelator yang baik. Demikian pula halnya dengan teh hijau. Namun, buah-buahan berwarna ungu diyakini sebagai sumber chelator terbaik karena dapat mengikat logam besi secara efektif.

Laporan yang disusun Douglas Kell adalah yang pertama menghubungkan banyak penyakit dengan paparan logam besi berbahaya dalam tubuh. Kell, yang memublikasikan risetnya dalam jurnal Archives of Toxicology, menekankan pentingnya melakukan kajian lebih lanjut terutama mengenai potensi buah warna ungu ini untuk mencegah penyakit degeneratif.


http://health.kompas.com/

Jumat, 03 Desember 2010

NASA Berhasil Temukan "Alien"

Mikroba dengan struktur DNA yang berbeda. Fosfat pada rantai DNA digantikan dengan arsenate, gabungan molekul arsenik dan oksigen.
KOMPAS.com — NASA akhirnya menggelar konferensi pers tentang isu alien pukul 14.00, Kamis waktu setempat atau Jumat (3/12/2010) pukul 02.00 dini hari WIB. Materi yang disampaikan dalam konferensi pers itu akhirnya menjawab rasa penasaran berbagai pihak, terutama yang percaya eksistensi alien, tentang keberadaan makhluk hidup di luar Bumi.

NASA menyampaikan bahwa mereka benar-benar telah menemukan "alien". Namun, sosok alien yang ditemukan tak seperti yang digambarkan di berita dan film, juga tidak berasal dari ruang angkasa. Alien yang dimaksud NASA ternyata adalah mikroba aneh yang ditemukan di kedalaman Danau Mono, dekat Taman Nasional Yosemite di California.

Mengapa mikroba itu seolah disamakan dengan alien? Mikroba tersebut tak hanya memiliki toleransi yang tinggi terhadap senyawa beracun, yaitu arsenik. Makhluk yang termasuk bangsa Halomonadaceae strain GFAJ-1 itu bahkan menjadikan arsenik sebagai salah satu kompnen dalam materi genetik atau DNA-nya.

Para ahli mengatakan, materi genetik pada mikroba tersebut bisa merujuk pada bentuk alternatif kehidupan. Struktur DNA pada mikroba ini bisa menyerupai makhluk hidup lainnya, yaitu terdiri dari fosfor, basa nitrogen, dan protein. Namun, dalam kondisi yang tak memungkinkan, materi genetik mikroba ini bisa terdiri atas arsenik sebagai alternatif fosfor.

Dr Felisa Wolfe Simon, peneliti mikroba dari Arizona State University yang terlibat dalam studi ini, mengatakan, "Penemuan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan yang ada bisa jauh lebih fleksibel dari yang kita tahu." Jika bentuk kehidupan alternatif itu ada di bumi, bukan tidak mungkin bahwa ada kehidupan lain di luar angkasa.

Profesor Ariel Anbar, astrobiolog yang terlibat dalam studi ini, mengatakan, "Kehidupan yang kita tahu membutuhkan senyawa-senyawa tertentu dan mengesampingkan senyawa yang lain. Tapi, apakah itu satu-satunya pilihan? Bagaimana kehidupan yang berbeda dari yang kita tahu bisa dimungkinkan?"

Pengumuman penemuan NASA yang ternyata sangat berbau kehidupan Bumi dan bukan luar angkasa ini mengecewakan banyak pihak. Namun, Mary Voytek, Direktur Astrobiologi NASA, mengatakan, "Maaf sekali kalau banyak orang kecewa. Tapi, penemuan ini adalah hal besar dan sebuah penemuan yang fenomenal."

Pamela Conrad dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt mengatakan, "Penemuan ini membuka perspektif kita. Ia menekankan, upaya pencarian kehidupan di luar Bumi harus diubah. Ilmuwan tidak bisa hanya mendeteksi kemungkinan kehidupan berdasarkan keberadaan senyawa-senyawa tertentu saja.

http://sains.kompas.com

Rabu, 01 Desember 2010

Jalan Kaki Cegah Pikun

VIVAnews - Penelitian terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa berjalan kaki sekitar lima mil atau sekitar tujuh kilometer per minggu mengurangi risiko terserang penyakit daya ingat atau Alzheimer.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, berjalan kaki secara teratur memperkuat kerja memori di otak. Ini efektif membantu seseorang yang mulai mengalami gejala kehilangan daya ingat, termasuk mereka yang sudah terdiagnosis Alzheimer.

Menggunakan teknik pemindaian MRI, tim peneliti mempelajari hubungan antara aktivitas tubuh secara teratur dan pengaruhnya terhadap struktur otak penderita Alzheimer atau penyakit memori lainnya.

Dr Cyrus Raji dari Sekolah Pengobatan Universitas Pittsburgh mengatakan, "Kami menemukan bahwa berjalan kaki lima mil setiap minggu melindungi struktur otak selama 10 tahun pada orang dengan Alzheimer. Kami menemukan bahwa penurunan memori mereka lebih lambat lima tahun."

Tim peneliti menarik kesimpulan itu melalui analisis berkelanjutan selama satu dekade tahun. Mereka melibatkan sedikitnya 426 orang usia antara 70 dan 80 tahun, yang terdiri dari 299 orang sehat, 83 pasien dengan gejala kehilangan daya ingat, dan 44 pasien Alzhaimer.

Mereka mencatat kebiasaan dan intensitas berjalan kaki seluruh responden. Sepuluh tahun kemudian, mereka melakukan pemindaian untuk melihat perubahan volume otak seluruh responden. Hasilnya, responden yang melakukan banyak aktivitas fisik memiliki volume otak yang lebih baik daripada mereka yang kurang gerak.

"Alzheimer adalah penyakit yang merusak otak. Penyakit ini tak bisa disembuhkan dengan berjalan kaki, tapi paling tidak aktivitas itu bisa meningkatkan ketahanan otak sehingga mengurangi efek buruknya," kata Raji. (pet)

www.id.news.yahoo.com